Selamat Datang di Dudul.com

Selamat Membaca dan Semoga Bermanfaat,^^

Rabu, 29 Juni 2011

Kemandirian Mahasiswa

Setiap orang punya perannya sendiri-sendiri, dengan peran itu mereka menempatkan diri, tepat atau tidak, cocok atau tidak merupakan pilihan yang terhadapnya mereka bertanggungjawab. Ini adalah suatu keharusan, apakah itu sesuai atau tidak dengan kenyataan merupakan sesuatu yang akan menjadi pengalaman individu masing-masing.
Setiap Orang (termasuk mahasiswa) punya hak, bahkan kewajiban untuk memutuskan apa yang akan dilalui dalam hidupnya sendiri, seberapa tepat pilihan yang diambil menjadi tanggungjawabnya sendiri. Dengan demikian setiap orang mempunyai kekuasaan untuk menentukan jalan hidupnya, ini berarti orang, termasuk mahasiswa adalah pemimpin (minimal bagi dirinya), dan diantara karakter pemimpin adalah sikap independensi dan responsibiliti, karena dia mandiri, maka dia bertanggungjawab atas keputusan pilihannya.
Akan tetapi secara ril diakui bahwa kemandirian tidak mudah dimiliki atau dipertahankan, sikap tersebut dipengaruhi banyak faktor , dari mulai keluarga, teman dan budaya sekitar. Dalam konteks mahasiswa, Kemandirian juga dipengaruhi oleh institusi dimana mereka belajar, Lembaga pendidikan,misalnya bisa juga menjadi belenggu bagi mahasiswa, karena lembaga pendidikan dan keguruan, maka menjadi suatu keharusan untuk menjadi Guru yang kemudian mendapat penyempitan makna menjadi Guru Negri (PNS). Menjadi PNS memang bukan suatu kesalahan, bahkan itu merupakan hak asasi setiap orang, tapi jika hal ini menutup pilihan-pilihan lain. Bisa saja dianggap suatu kekeliruan, karena kebebasan dan kemandirian memerlukan alternatif khususnya dalam penentuan pilihan, dan alternatif itu hanya bisa terlihat jika telah tumbuh pemahaman tentang apa yang sedang terjadi dan kemana masyarakat punya kecenderungan berubah.
Untuk itu disamping pemahaman tentang prediksi masa depan, kita dituntut pula untuk memiliki perangkat metode eksplorasi masa depan yang menurut Morrison ada tiga yaitu : Scenario, Forecast, dan Wildcard. Skenario merupakan pemikiran guna mengidentifikasi isu-isu kritis yang sedang dan mungkin dihadapi, Forecast merupakan proses mempersempit scenario sehingga menjadi suatu ramalan yang mungkin ingin diwujudkan , sedang wild card merupakan cara berpikir “bagaimana seandainya”, cara ini dimaksudkan untuk membantu mengatasi ketidakpastian sekaligus juga mempertajam scenario dan forecast.
Dengan ketiga perangkat tersebut , kemandirian mendapat fondasi yang lebih kuat dan kebebasan memilih akan memperoleh ruang gerak yang makin luas, makin kuat fondasi dan makin luas ruang gerak akan mendorong mahasiswa (setiap orang) berperan secara optimal dalatn kehidupan, akibataya keberanian mendesain jalan hidup sendiri akan tumbuh tanpa terbelenggu oleh hal-hal yang dapat meredupkannya.
Untuk itu setiap individu mahasiswa perlu memposisikan diri sebagai pemimpin (terutama bagi dirinya sendiri), agar segala tindakannya merupakan pencerminan dari kemandirian dan kebebasan, serta dapat melaksanakanfungsi atau kegiatan dasarnya yang menurut Stephen Covey ada tiga yaitu : Pathfinding, Aligning, dan empowerment. Pencarian alur (jalan) dilakukan dengan penuh kebebasan, penyelarasan dilakukan dengan kemandirian, dan pemberdayaan dilakukan dengan kemauan keras, semua ini insya Allah akan makin membuka cakrawala pandang atas kehidupan, sehingga menjadi Guru (PNS) bukan satu-satunya pilihan yang harus, karena ternyata pilihan yang terbentang sangat luas seluas kehidupanitu sendiri.
Kemandirian dan kebebasan pada dasarnya memerlukan situasi yang kondusif, namun demikian, kemauan dan tekad yangkuat dapat membantu meringankan belenggu-belenggu yang menekan, untuk itu yangpenting memulai langkah pertama dan memperkuat visi nntuk mendorong terjadinya proses pendefinisian din dengan cara baru, sehingga positioning dapat dilakukan dengan bertanggungjawab, setelah memahami berbagai kecenderungan serta melengkapi diri dengan kemampuan, jika hal ini terjadi, insya Allah harapan-harapan dapat benar-benar menjadi kenyataan dan kehidupan akan menampakan diri dengan keramahan dan bersahabat.

Inovasi dalam Pendidikan

Pelaksanaaan inovasi pendidikan seperti inovasi kurikulum tidak dapat dipisahkan dari inovator dan pelaksana inovasi itu sendiri. Inovasi pendidikan seperti yang dilakukan di Depdiknas yang disponsori oleh lembaga-lembaga asing cenderung merupakan “Top-Down Inovation”. Inovasi ini sengaja diciptakan oleh atasan sebagai usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan atau pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan, ataupun sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan sebaginya. Inovasi seperti ini dilakukan dan diterapkan kepada bawahan dengan cara mengajak, menganjurkan dan bahkan memaksakan apa yang menurut pencipta itu baik untuk kepentingan bawahannya. Dan bawahan tidak punya otoritas untuk menolak pelaksanaannya.
Banyak contoh inovasi yang dilakukan oleh Depdiknas selama beberpa dekade terakhir ini, seperti Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Guru Pamong, Sekolah Persiapan Pembangunan, Guru Pamong, Sekolah kecil, Sistem Pengajaran Modul, Sistem Belajar jarak jauh dan lain-lain. Namun inovasi yang diciptakan oleh Depdiknas bekerjasama dengan lembaga-lembaga asing seperti British Council. USAID dan lain-lain banyak yang tidak bertahan lama dan hilang, tenggelam begitu saja. Model inovasi yang demikian hanya berjalan dengan baik pada waktu berstatus sebagai proyek. Tidak sedikit model inovasi seperti itu, pada saat diperkenalkan atau bahkan selama pelaksanaannya banyak mendapat penolakan (resistance) bukan hanya dari pelaksana inovasi itu sendiri (di sekolah), tapi juga para pemerhati dan administrator di Kanwil dan Kandep. Model inovasi seperti yang diuraikan di atas, lazimnya disebut dengan model ‘Top-Down Innovation”. Model itu kebalikan dari model inovasi yang diciptakan berdasrkan ide, pikiran, kreasi, dan inisiatif dari sekolah, guru atau masyarakat yang umumnya disebut model “Bottom-Up Innovation”
Ada inovasi yang juga dilakukan oleh guru-guru, yang disebut dengan “Bottom-Up Innovation”. Model yang kedua ini jarang dilakukan di Indonesia selama ini karena sitem pendidikan yang sentralistis. Pembahasan tentang model inovasi seperti model “Top-Down” dan “Bottom-Up” telah banyak dilakukan oleh para peneliti dan para ahli pendidikan. Sudah banyak pembahasan tentang inovasi pendidikan yang dilakukan misalnya perubahan kurikulum dan proses belajar mengajar.
White (1988: 136-156) misalnya menguraikan beberapa aspek yang bekaitan dengan inovasi seperti tahapan-tahapan dalam inovasi, karakteristik inovasi, manajemen inovasi dan sistem pendekatannya.
Kennedy (1987:163) juga membicarakan tentang strategi inovasi yang dikutip dari Chin dan Benne (1970) menyarankan tiga jenis strategi inovasi, yaitu: Power Coercive (strategi pemaksaan), Rational Empirical (empirik rasional), dan Normative-Re-Educative (Pendidikan yang berulang secara normatif).
Strategi inovasi yang pertama adalah strategi pemaksaaan berdasarkan kekuasaan merupakan suatu pola inovasi yang sangat bertentangan dengan kaidah-kaidah inovasi itu sendiri. Strategi ini cenderung memaksakan kehendak, ide dan pikiran sepihak tanpa menghiraukan kondisi dan keadaan serta situasi yang sebenarnya dimana inovasi itu akan dilaksanakan. Kekuasaan memegang peranan yang sangat kuat pengaruhnya dalam menerapkan ide-ide baru dan perubahan sesuai dengan kehendak dan pikiran-pikiran dari pencipta inovasinya. Pihak pelaksana yang sebenarnya merupakan obyek utama dari inovasi itu sendiri sama sekali tidak dilibatkan baik dalam proses perencanaan maupun pelaksanaannya. Para inovator hanya menganggap pelaksana sebagai obyek semata dan bukan sebagai subyek yang juga harus diperhatikan dan dilibatkan secara aktif dalam proses perencanaan dan pengimplementasiannya.
Strategi inovasi yang kedua adalah empirik Rasional. Asumsi dasar dalam strategi ini adalah bahwa manusia mampu menggunakan pikiran logisnya atau akalnya sehingga mereka akan bertindak secara rasional. Dalam kaitan dengan ini inovator bertugas mendemonstrasikan inovasinya dengan menggunakan metode yang terbaik valid untuk memberikan manfaat bagi penggunanya. Di samping itu, startegi ini didasarkan atas pandangan yang optimistik seperti apa yang dikatakan oleh Bennis, Benne, dan Chin yang dikutip dari Cece Wijaya dkk (1991).
Di sekolah, para guru menciptakan strategi atau metode mengajar yang menurutnya sesuai dengan akal yang sehat, berkaitan dengan situasi dan kondisi bukan berdasarkan pengalaman guru tersebut. Di berbagai bidang, para pencipta inovasi melakukan perubahan dan inovasi untuk bidang yang ditekuninya berdasarkan pemikiran, ide, dan pengalaman dalam bidangnya itu, yang telah digeluti berbualan-bulan bahkan bertahun-tahun. Inovasi yang demikian memberi dampak yang lebih baik dari pada model inovasi yang pertama. Hal ini disebabkan oleh kesesuaian dengan kondisi nyata di tempat pelaksanaan inovasi tersebut. Jenis strategi inovasi yang ketiga adalah normatif re-edukatif (pendidikan yang berulang) adalah suatu strategi inovasi yang didasarkan pada pemikiran para ahli pendidikan seperti Sigmund Freud, John Dewey, Kurt Lewis dan beberapa pakar lainnya (Cece Wijaya (1991), yang menekankan bagaimana klien memahami permasalahan pembaharuan seperti perubahan sikap, skill, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan manusia.
Dalam pendidikan, sebuah strategi bila menekankan pada pemahaman
pelaksana dan penerima inovasi, maka pelaksanaan inovasi dapat dilakukan berulang kali. Misalnya dalam pelaksanaan perbaikan sistem belajar mengajar di sekolah, para guru sebagai pelaksana inovasi berulang kali melaksanakan perubahan-perubahan itu sesuai dengan kaidah-kaidah pendidikan. Kecenderungan pelaksanaan model yang demikian agaknya lebih menekankan pada proses mendidik dibandingkan
dengan hasil dari perubahan itu sendiri. Pendidikan yang dilaksanakan lebih mendapat porsi yang dominan sesuai dengan tujuan menurut pikiran dan rasionalitas yang dilakukan berkali-kali agar semua tujuan yang sesuai dengan pikiran dan kehendak pencipta dan pelaksananya dapat tercapai. Para ahli mengungkapkan berbagai persepsi, pengertian, interpretasi tentang inovasi seperti Kennedy (1987), White (1987), Kouraogo (1987) memberikan berbagai macan definisi tentang inovasi yang berbeda-beda. Dalam hal ini, penulis mengutip definisi inovasi yang dikatakan oleh White (1987:211) yang berbunyi: “Inovation more than change, although all innovations involve change.” ( inovasi itu … lebih dari sekedar perubahan, walaupun semua inovasi melibatkan perubahan).
Nichols menekankan perbedaan antara perubahan (change) dan inovasi (innovation) sebagaaimana dikatakannya di atas, bahwa perubahan mengacu kepada kelangsungan penilaian, penafsiran dan pengharapan kembali dalam perbaikan pelaksanaan pendidikan yang ada yang diangap sebagai bagian aktivitas yang biasa. Sedangkan inovasi menurutnya adalah mengacu kepada ide, obyek atau praktek sesuatu yang baru oleh seseorang atau sekelompok orang yang bermaksud untuk memperbaiki tujuan yang diharapkan.
Setelah membahas definisi inovasi dan perbedaan antara inovasi dan
perubahan, maka berikut ini akan diuraikan tentang kendala yang mempengaruhi pelaksanaan inovasi pendidikan.
Perkembangan Inovasi Pendidikan
Perkembangan pendidikan secara nasional di era reformasi, yang sering disebut-sebut oleh para pakar pendidikan maupun oleh para birokrasi di bidang pendidikan sebagai sebuah harapan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini dengan berbagai strategi inovasi, ternyata sampai saat ini masih belum menjadi harapan. Bahkan hampir dikatakan bukan kemajuan yang diperoleh, tapi “sebuah kemunduran yang tak pernah terjadi selama bangsa ini berdiri”.
Kalimat tersebut mungkin sangat radikal untuk diungkapkan, tapi inilah kenyataan yang terjadi dilapangan, sebagai sebuah ungkapan dari seorang guru yang mengkhawatirkan perkembangan pendidikan dewasa ini.
Tidak dapat dipungkiri, berbagai strategi dalam perubahan kurikulum,
Pada saat ini perkembangan dunia terjadi begitu cepat, yang bisa kita lihat dari perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi. Indonesia sebagai negara dunia ketiga harus mencermati hal ini apabila tidak ingin ketinggalan lebih jauh lagi. Pendidikan mempunyai peranan yang penting untuk kemajuan sebuah negara, karena melalui pendidikan generasi muda dapat menyerap perkembangan yang sedang terjadi dan bisa mengembangkan potensi dirinya untuk membangun peradaban bangsa.
Seiring dengan pesatnya perubahan yang terjadi, pada saat ini dunia telah memasuki era pengetahuan yang merupakan peralihan dari era industri. Menurut Trilling dan Hood dalam Hasan (2003), para peramal masa depan (futurist) mengatakan abad 21 sebagai abad pengetahuan karena pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Guru merupakan ujung tombak keberhasilan dari pendidikan. Proses belajar mengajar yang berkualitas akan muncul dari guru yang berkualitas dan diharapkan dapat menghasilkan anak didik yang berkualitas pula.
Dalam upaya menjawab kebutuhan dan tantangan dunia global saat ini khususnya dalam perkembangan inovasi pendidikan dapat kita jadikan bahan kajian dan kita gali untuk dilakukan perubahan menjadi paradigma baru yang berlaku.
Aspek pertama adalah dalam hal metode pembelajaran, sejak dahulu metode pembelajaran kita selalu berorientasi dan bersumber hanya kepada guru dan berlangsung satu arah (one way), kita sepakat bahwa metode ini sudah tidak dapat dipertahankan lagi dengan tanpa mengenyampingkan bahwa GURU itu tetap harus menjadi insan yang patut di Gugu dan di tiRu. Sudah saatnya kini orientasi berubah tidak hanya kepada satu sumber saja (Guru), tetapi harus dilakukan berorientai kepada siswa dan secara multi arah, dengan terjadinya proses interaksi ini diharapkan akan menstimulir para siwa untuk lebih menumbuhkan tingkat kepercayaan dirinya, proaktif, mau saling bertukar informasi, meningkatkan keterampilan berkomunikasi, berfikir kritis, membangun kerja sama, memahami dan menghormati akan adanya perbedaan pendapat dan masih banyak harapan positif lainnya yang lahir dari adanya perubahan tersebut serta pada akhirnya siswa akan dihadapkan pada realitas yang sebenarnya dalam memandang dan memahami konteks dalam kehidupan kesehariannya.
Aspek kedua adalah menyangkut manajemen lembaga pendidikan itu sendiri, seperti kita alami selama ini dimana pada waktu sebelumnya sekolah hanya bergerak dan beroperasi sendiri-sendiri secara mandiri, maka dalam konteks pembelajaran masa kini dan kedepan setiap sekolah harus mempunyai dan membangun networking antar lembaga pendidikan yang dapat saling bertukar informasi, pengetahuan dan sumber daya, artinya sekolah lain sebagai institusi tidak lagi dipandang sebagai rival atau kompetitor semata tetapi lebih sebagai mitra (counterpart).
Memang jika kita pikirkan kembali kedua aspek paradigma baru ini dalam implementasinya tidak akan semudah seperti membalik telapak tangan, akan banyak ekses maupun aspek lainnya yang harus dipikirkan seperti misalnya berakibat akan adanya perubahan dan peran sebuah lembaga pendidikan yang selama ini kita pahami. Namun melalui konteks perubahan ini kelak akan jelas terlihat bagaimana sektor pendidikan akan dapat bersinergi dan seiring sejalan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi, pengetahuan dan bisnis sekalipun, karena ouput dari suatu pendidikan menjadi lebih berkualitas.
1. Proses inovasi, adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh individu atau organisasi, mulai sadar atau tahu adanya inovasi sampai pada menerapkan.
2. Model-model proses inovasi yang berorientasi pada individu dikemukakan oleh beberapa ahli, yaitu Lavidge dan Stainter, Collay, Roger, Robertson, Shoemaker, Klunglan, Zaltman, dan Brooker.
3. Model-model proses inovasi pada organisasi dikemukakan oleh Milo, Sherpad, Hage, dan Aiken, Wilson, Zaltman, Duncan, Holbek.
4. Model proses inovasi dalam organisasi menurut Zaltman, Duncan, Holbek meliputi dua tahap, yaitu tahap permulaan, dan tahap penerapan (implementasi).
5. Tahap permulaan terdiri dari dua langkah, yaitu pengetahuan, dan kesadaran; langkah pembentukan sikap terhadap inovasi dan langkah pengambilan keputusan.
6. Tahap penerapan (implementasi) meliputi langkah awal mencoba menerapkan sebagian inovasi dan langkah kelanjutan pembinaan dan penerapan inovasi.
 



Sumber:
http://blognyadhika.wordpress.com/2011/05/11/inovasi-dalam-pendidikan/

permainan edukatif sebagai media belajar anak usia dini


A. PENGERTIAN PERMAINAN EDUKATIF
Permainan edukatif adalah semua bentuk permainan yang dirancang untuk memberikan pengalaman pendidikan atau pengalaman belajar kepada para pemainnya, termasuk Permainan tradisional dan “modern” yang diberi muatan pendidikan dan pengajaran (Adams, 1975). Atas dasar pengertian itu, permainan yang dirancang untuk memberi informasi atau menanamkan sikap tertentu, misalnya untuk memupuk semangat kebersamaan dan kegotongroyongan, termasuk dalam kategori permainan edukatif karena permainan itu memberikan pengalaman belajar kognitif dan afektif. Dengan demikian, tidak menjadi soal apakah permainan itu merupakan permainan “asli” yang khusus dirancang (by design) untuk pendidikan ataukah permainan “lama” yang diberi nuansa atau dimanfaatkan (by utilization) untuk pendidikan.
Permainan edukatif merupakan suatu kegiatan yang sangat menyenangkan dan dapat merupakan cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik dan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa, berpikir serta bergaul dengan lingkungan atau untuk menguatkan dan menterampilkan anggota badan si anak, mengembangkan kepribadian, mendekatkan hubungan antara pendidik dengan peserta didik, kemudian menyalurkan kegiatan anak didik dan sebagainya.
Permainan edukatif juga dapat berarti sebuah bentuk kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan dari cara atau media pendidikan yang digunakan dalam kegiatan bermain, yang disadari atau tidak, memiliki muatan pendidikan yang dapat bermanfaat dalam mengembangkan diri peserta didik.Artinya, permainan edukatif merupakan sebuah bentuk kegiatan mendidik yang dilakukan dengan menggunakan cara atau media permainan yang bersifat mendidik. Ringkasnya, permainan edukatif adalah permainan yang bersifat mendidik.
B. PERMAINAN EDUKATIF DALAM PENDIDIKAN
Dunia anak adalah dunia bermain, melalui bermain anak memperoleh pelajaran yang mengandung aspek perkembangan kognitif, sosial, emosi dan perkembangan fisik. Melalui kegiatan bermain dengan berbagai permainan anak dirangsang untuk berkembang secara umum baik perkembangan berpiikir, emosi maupun sosial.
Anak-anak usia 2-8tahun merupakan anak pada tahap praoperasional. Menurut Piaget ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan simbol atau bahasa tanda, dan mulai berkembangnya konsep-konsep intuitif. Praoperasional(2-4tahun )pada usia ini anak telah mampu menggunakkan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih sangat sederhana. Karakteristik pada tahap ini adalah:(1)Self counter sangat menonjol(2)Dapat mengklasifikasikan objek pada tingkat dasar secara tunggal dan mencolok.(3)Tidak mampu memusatkan perhatian pada objek-objek yang berbeda.(4)Mampu mengumpulkan barang-barang menurut kriteria termasuk kriteria yang benar.(5)Dapat menyusun benda-benda secara berderet, tatapi tidak dapat menjelaskan perbedaan antara deretan.
Tahap Intuitif (4-8 tahun) memiliki karakteristik: (1) anak mampu membentuk kelas-kelas, tapi kurang menyadari maksudnya,(2) anak mulai mengerti hubungan logis pada hal-hal yang kompleks, (3) anak dapat melakukan sesuatu terhadap sejumlah ide, (4) anak mampu memperoleh prinsip secarra benar.
Pendidikan anak usia dini (0-8tahun) merupakan tempat belajar sekaligus bermain bagi anak-anak. Anak-anak diajarkan mengenal aturan, disiplin, tanggung jawab dan kemandirian dengan cara bermain. Anak juga diajarkan bagaimana mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungannya, berempati dengan temannya, tentunya juga berlatih bekerja sama dengan anak yang lain.
Melalui kegiatan bermain yang mengandung edukasi, daya pikir anak terangsang untuk merangsang perkembangan emosi, perkembangan sosial dan perkembangan fisik. Setiap anak memiliki kemampuan dan ketertarikan bermain yang berbeda tergantung dari perkembangan anak. Dari permainan juga biasanya akan menimbulkan fantasi-fantasi besar oleh anak, dan tentu akan semakin menambah rasa ketertarikan anak pada mainan tersebut.
Permainan edukatif penting bagi anak-anak, disebabkan karena :
1. Permainan edukatif dapat membantu anak dalam mengembangkan dirinya.
2. Permainan edukatif mampu minengkatkan kemampuan berkomunikasi bagi anak.
3. Permainan edukatif mampu membantu anak dalam menciptakan hal baru atau memberi inovasi pada suatu permainan.
4. Permainan edukatif mampu meningkatkan cara berpikir pada anak.
5. Permainan edukatif mampu meningkatkan perasaan anak.
6. Permainan edukatif mampu meningkatkan rasa percaya diri pada anak.
7. Permainan edukatif mampu merangsang imajinasi pada anak.
8. Permainan edukatif dapat melatih kemampuan bahasa pada anak
9. Permainan edukatif dapat membentk moralitas anak.
10. Permainan edukatif dapat mengembangkan sosialisasi pada anak.
Dalam menentukan permainan edukatif, orang tua atau pendidik harus pintar pintar dalam memilih, karena tidak semua yang harganya mahal dan modern itu bersifat mendidik, bisa jadi itu hanya menanamkan sifat konsumtif pada anak. Selayaknya orang tua dirumah dan pendidik di sekolah dapat memilih dan menyediakan media-media yang dapat mendukung perkembangan kepribadian anak, yang menyangkut fisik, intelektual, sosial, moral dan emosional anak.
C. SYARAT-SYARAT YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MEMILIH PERMAINAN EDUKATIF
Permainan edukatif harus mempunyai fungsi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, seperti motorik, bahasa, kecerdasan, dan sosialisasi.
Selain itu alat permainan edukatif harus dapat dimainkan dengan berbagai variasi, tetapi jangan terlalu sulit sehingga anak akan mudah frustasi, atau terlalu mudah sehingga anak akan cepat bosan.
Dalam memilih permainan edukatif, guru dan orang tua harus memperhatikan kelayakan dan kemanan mainan tersebut. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam memilih permainan edukatif diantaranya:
1.Desain Mudah dan Sederhana
Sebaiknya desain permainan edukatif mempunyai desain yang sederhana. Hal paling penting adalah tepat dan mengena pada sasaran edukasi, sehingga anak tidak terbebani dengan kerumitannya.
2. Multifungsi
Permainan edukasi sesuai untuk anak lelaki atau perempuan, sehingga dapat juga dibentuk sesuai kreativitas dan keinginan anak.
3.Menarik
Permainan edukatif sebaiknya mampu memotivasi anak dan tidak memerlukan pengawasan yang intensif. Sehingga anak akan bebas mengekspresikan kekreatifannya.
4.Berukuran besar
Permainan edukatif sebaiknya berukuran besar karena kan memudahkan anak untuk memegangnya dan menghindari kemungkinan membahayakan misalnya dimasukkan ke mulut, maka sebaiknya memilih peralatan yang besar.
5.Awet dan sesuai kebutuhan
Hendaknya permainan edukasi tahan lama dan sesuai tujuan yang diinginkan, sesuai kebutuhan dan tidak menghabiskan ruangan.
6. Mendorong Anak untuk bermain bersama
Sebaiknya memilih anak yang memberi kesempatan untuk bersosialisasi dengan temannya dengan segenap kreativitasnya.
7. Mengembangkan Daya Fantasi
Permainan edukasi diharapkan mampu mengembangkan daya fantasi dan imajinasi anak.
Walaupun alat permainan edukatifnya sederhana harus tetap menarik baik warna maupun bentuknya. Bila bersuara, suaranya harus jelas. Alat permainan edukatif harus mudah diterima oleh semua kebudayaan karena bentuknya sangat umum dan harus tidak mudah rusak. Kalau ada bagian-bagian yang rusak harus mudah diganti. Selain itu pemeliharaannya mudah, terbuat dari bahan yang mudah didapat, dan harganya terjangkau oleh masyarakat luas.
D. CONTOH-CONTOH MEDIA PERMAINAN EDUKATIF
1. PUZZLE
Puzzle yang dipakai adalah puzzle yang sederhana, gambarnya belum terlalu rumit dan cocok untuk anak prasekolah sampai umur 8 tahun. Puzzle ini suatu bentuk permainan beregu yang menugasi pemain untuk menggabungkan atau merangkai kembali potongan-potongan kertas berbangun tak beraturan sehingga menjadi suatu bangun atau bentuk tertentu seperti bujur sangkar, empat persegi panjang, trapesium, jajaran genjang, lingkaran, dan segi tiga.
Tujuan dari permainan diharapkan mengandung aspek moral dan inteleknya. Pemainnya adalah anak usia dini, atau prasekolah yang baru belajar mengenal bangun dan bentuk. Alat pada permainan ini adalah kertas berbangun tertentu, misalnya bujur sangkar, kemudian dipotong menjadi beberapa bagian dan beragam bentuknya.
Sebelum permainan dimulai guru menjelaskan terlebih dahulu macam-macam bentuk sederhana dan bangun. Guru memimpin permainan dan menjelaskan bahwa dalam permainan ini diperlukan kerjasama dan kebersamaan. Guru juga memberi contoh kerjasama dalam kehidupan nyata, misalnya kerja bakti membersihkan halaman rumah, membangun jalan dan lain sebagainya. Guru juga memberi contoh macam-macam benda yang mirip dengan bentuk bangun tersebut yang bisa ditemui dalam kehiupan sehari-hari. Setelah itu guru menjelaskan ciri-ciri dari bangun yang akan dimainkan tersebut, misalkan jumlah sisinya, bentuk sudutnya. guru mengumumkan bahwa anak-anak akan diajak bersama-sama memainkan permainan membentuk bangun/bentuk itu; kemudian pemimpin permainan mempersiapkan tempat dan alatnya dengan sedapat mungkin melibatkan anak-anak.
Selanjutnya guru pemimpin permainan merekrut pemain. Jumlah pemain adalah sama dengan jumlah kepingan kertas yang tersedia dalam satu set alat permainan. Pemain kemudian diminta berdiri mengelilingi meja tempat permainan. Anak-anak yang lain diminta menonton jalannya permainan. Kemudian guru menjelaskan bahwa potongan-potongan kertas itu bisa dibentuk kembali apabila disusun menjadi satu.
Guru pemimpin permainan harus pula menjelaskan bahwa kerja sama juga diperlukan dalam pekerjaan-pekerjaan lainnya (pemimpin permainan harus menunjukkan contohnya yang dapat dilihat oleh anak-anak dalam lingkungan masing-masing, misalnya membuat rumah, membersihkan got/ sungai, menata rumah, dan menjaga rumah atau menjaga keamanan kampung.
Saat memulai permainan, guru membagikan kepingan-kepingan kertas permainan kepada pemain. Satu orang pemain mendapatkan satu kepingan. Kepada pemain dijelaskan bahwa mereka bertugas menata kembali kepingan kertas itu sehingga menjadi bangun/bentuk tertentu (misalnya empat persegi panjang). Aturan main juga dijelaskan, yakni: (a) Para pemain tidak boleh saling berbicara dengan sesama pemain; (b) Para pemain tidak boleh meminta kepingan kertas kepada pemain lain; (c) Para pemain tidak boleh memberi kode, isyarat dan petunjuk lainnya kepada pemain lain; (d) Para pemain boleh memberikan kepingan kertas pegangannya kepada pemain lain yang membutuhkan untuk menyelesaikan bangun/bentuk tersebut (tetapi sama sekali tidak boleh meminta.
Kemudian guru mengajak anak-anak untuk membahas jalannya permainan Yang perlu dibahas terutama adalah: (a) apakah para pemain dan anak-anak lainnya telah benar-benar mengenal bangun yang dimainkan itu? (b) apakah “rahasia” kelancaran atau kelambatan para pemain dalam membentuk bangun yang dikehendaki? (c) apakah ada hambatan dalam kerja sama para pemain, misalnya apakah ada yang cenderung mendekte, “tidak sabaran”, “suka ngambek” dan sebagainya? (d) perlunya kerja sama dan perlunya pengendalian diri dalam kerja sama. Dengan prosedur yang serupa, bentuk permainan ini dapat dikembangkan sehingga dapat dimainkan untuk memperkenalkan warna, binatang, tanaman, dan bilangan.
Perlakuan setelah permainan ini hendaknya lebih dipentingkan daripada Permainan Puzzle sebagai salah satu bentuk permainan edukatif itu sendiri. Tanpa perlakuan setelah permainan, maka maksud dan tujuan permainan edukatif yakni untuk meningkatkan rasa kebersamaan dan kerjasama siswa tidak akan pernah tercapai, sehingga permainan itu lebih dari permainan pelipur lara belaka
2. BUILDING BLOCK
Building Block dapat dibuat dari kayu ataupun plastik. Biasanya permainan ini membangun rumah, istana, ada jembatan dan banyak pilihan bangunan lainnya. Pada prinsipnya permainan ini ialah membangun atau mendirikan suatu bangunan. Anak dibagi dalam beberapa kelompok, misalnya 5 orang. Kemudian tiap kelompok diberi potongan-potongan bangunan yang nantinya akan dibangun. Sebelumnya guru menjelaskan aturan permainannya. Tidak ada siswa yang boleh bertukar atau mencari potongan lain pada kelompok lain. Jadi dari potongan yang diberikan guru harus dibangun semua.
Nilai yang diambil dari permainan ini adalah kecepatan, kebersamaan dan yang paling penting adalah kerjasama anak dalam membangun. Sebernarnya kecepatan tidak terlalu diutamakan, tetapi untuk memotivasi anak hal itu harus disampaikan. Setelah dibagi dalam kelompok, guru memimpin permainan. Guru hanya memberi arahan dan motivasi dari permainan itu. Setelah selesai guru menilai kecepatan, dan kerjasama sari masing-masing kelompok. Setelah itu guru memberi evaluasi bahwa dari permainan tadi banyak nilai-nilai yang di dapatkan. Misalnya kerjasama, guru menjelaskan bahwa dalam hal apapun jika dikerjakan bersama-sama akan lebih ringan dan cepat selesai. Guru juga menjelasskan bahwa dalam kehidupan sehari-hari sangat diperlukan kerjasama, baik di sekolah, di rumah, atau di masyarakat.
E. PRINSIP-PRINSIP PADA MEDIA PERMAINAN EDUKATIF
1. PRINSIP PRODUKTIVITAS
Permainan edukatif harus dapat mengembangkan sikap produktif pada diri anak sebagai pengguna dan pemain dalam permainan itu sendiri. Sehingga dari permainan itu akan mengena dan tersimpan di memori anak sehingga suatu saat anak mampu menginovasi atau menciptakan sesuatu yang baru.
2. PRINSIP AKTIVITAS
Permainan edukatif harus mampu mengembangkan sikap aktif pada anak. Sehingga permainan edukatif mampu mengembangkan motorik kasar dan motorik halus pada anak.
3. PRINSIP EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI
Prinsip ini menjadi tolak ukur dari efek permainan edukatif yang digunakan. Jadi dalam hal ini guru sebagai fasilitator dituntut cerdas untuk memilih permainan edukatif yang memiliki muatan pendidikan dan cocok untuk anak.
4. PRINSIP KREATIVITAS
Melalui permainan, diharapkan anak mampu merancang sesuatu yang baru dan berbeda dan menimbulkan kepuasan pada anak. Meskipun permainan itu mudah dan murah, tapi anak akan tetap memiliki rasa penasaran untuk membongkar atau merusaknya.
5. PRINSIP MENDIDIK DENGAN MENYENANGKAN
Permainan eduukatif harus memperhatikan sisi kemampuan anak. Dari permainan diharapkan anak merasa senang dengan permainan yang dimainkan namun, tanpa disadari ternyata permainan yang dikembangkan bermanfaat untuk mengembangkan IQ, EQ danSQ .
F. DAMPAK PERMAINAN EDUKATIF BAGI ANAK
1. Mampu melatih konsentrasi pada anak
Semakin dini usia anak semakin terbatas pencurahan perhatiannya. Oleh karena itu permainan dan pengajaran yang menggunakkan alat dan media yang baik akan membantu mempertahankan daya tangkap murid.
2. Mengajar dengan lebih cepat dengan waktu relatif singkat
Bila pelajaran hanya disampaikan dengan kata-kata saja, mungkin bisa tersampaikan atau salah paham. Namun dengan bantuan alat dan media yang baik, guru bisa menjelaskan dalam waktu cepat dan mencapai indikator kebnerhasilan belajar lebih cepat.
3. Menambah daya pengertian dan ingatan
Dalam menjelaskan sesuatu jika menggunakkan media yang tepat tentu akan lebih mudah dimengerti dan memperdalam pengalaman belajar serta ingatan siswa. Melalui indera penglihatan dan pendengaran murid dapat memahami perbedaan arti, warna , serta bentuk.
4. Membuat proses belajar menyenangkan
Cara mengajar yang monoton tentu akan membosankan. Tetapi bila didisampaikan dalam bentuk yang berbeda, media yang berbeda tentu akan menyenangkan dan mampu membangkitkan motivasi belajar anak.
5. Membangkitkan emosi anak
Menyampaikan suatu materi dengan media-media yang menarik tentunya akan lebih berhasil daripada menggunakan ceramah saja. Dengan media yang menarik tentu akan membangkitkan emosi anak, perhatian pada materi dan juga pada media tersebut.
6. Mampu Mengatasi Keterbatasan Bahasa
Perbedaan kebudayaan sering menimbulkan kesalahpahaman, namun dengan media mampu mengatasi kesalahpahaman akan keterbatasan anak-anak untuk mengerti suatu bahasa.
7. Meningkatkan rasa sosialisasi pada anak
Permainan yang edukatif tentunya tidak boleh melupakan muatan-muatan pendidikan bagi anak. Dengan model permainan kelompok tentu akan menumbuhkan rasa sosial pada anak.
8. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak
Dengan permainan edukatif pasti merangsang anak untuk berhubungan dan berkomunikasi dengan orang lain. Paling tidak dengan permainan edukasi akan menimbulkan banyak pertanyaan dan imajinasi yang tentunya akan ditanyakan pada guru, orangtua atau teman sebayanya.

Kesediaan Untuk Belajar

Bagaimana mungkin. Sekelompok manusia dengan potensi yang tidak jauh beda dan guru beserta metode mengajar yang sama, meraih hasil yang berbeda. Beberapa orang sukses menyerap kearifan. Beberapa yang lain hanya berhenti pada tataran pengetahuan. Dan sebagian yang lain teralienasi dalam keterpaksaan belajar. Mungkin ini pula yang menyebabkan selalu ada stratifikasi sosial di setiap tempat belajar, ada elit yang pintar dan satelit yang ‘pintar’ (dalam arti yang berbeda). Kita biasa menyebutnya ranking atau peringkat.

Hampir semua misi pewarisan nilai dan pengajaran mengalami masalah yang serupa. Termasuk kedua orang tua saya. “Tidak ada yang berbeda, ibu memberi perhatian ke semuanya kok,” tukas Ibu saya dengan yakin. Namun, fakta menunjukkan hal yang berbeda. Ada tata nilai yang berbeda antara saya dan kedua adik saya. Perbedaan yang membuat saya mengira ada perbedaan cara ajar Ibu saya terhadap kami bertiga. Hingga saya mengetahui konsep hidayah. Di mana porsi manusia hanyalah untuk berusaha. Ada Sang Maha Penentu Hasil yang tak terkira oleh indera dan spekulasi logika. Ini adalah bukti bahwa tidak ada yang namanya gagal dalam sebuah pengajaran. Karena hasil, Allah yang menentukan.

Itu dari sudut pandang pengajar. Bagaimana dengan para pembelajar? Mengapa materi yang disampaikan dengan cara yang sama di tempat yang sama menghasilkan hasil yang berbeda? Jangan tanyakan itu pada logikamu. Karena mungkin jawabannya tersembunyi manis di balik hatimu. Bangkitkan ia dengan refleksi diri. Berkacalah dan kau akan temukan bercak hitam di kening yang tak terlihat dalam keadaan normal. Ini adalah soal kesediaan hati untuk menerima. Merendahkan demi pertambahan. Ini juga soal bagaimana berdiri di tengah. Tanpa rasa sombong bak di puncak atau rasa inferior bak di jurang terdalam. Di sini kerendahan hati adalah pintu pembuka menuju kepercayaan diri.

Anda mungkin mendengar ‘celoteh inspiratif’ dari pengajar yang sama dengan teman di samping anda. Tapi, matanya lebih fokus dari anda, keingintahuannya lebih besar dari anda, pikirannya lebih bergejolak dari anda, dan semua itu berpangkal pada segumpal daging imajiner yang begitu luar biasa pengaruhnya: hati. Hati yang selalu merendah di depan orang berilmu, selalu lapangan di depan pengkritik, selalu peka di depan berbagai peristiwa. “Semua punya makna sehingga pasti selalu ada pembelajaran di baliknya,” begitu mungkin jika hati bisa bicara.

Karena belajar bukan hanya soal prestasi, tetapi juga soal tradisi. Bagaimana menjadikan belajar sebagai kebiasaan dan mekanisme diri untuk lebih baik lagi. Bersediakah hati ini untuk belajar?

Belajar Itu Menyenangkan

Bosen nih. Kayaknya Dunia Pendidikan Indonesia kok masih aja diributin sama-sama hal yang menurut saya sih sepele. Dari sebelum sampe sesudah, Ujian Nasional masih aja berpolemik. Padahal masih banyak hal lain yang bisa kita kedepankan selain masalah itu, salah satunya: belajar.

Ya! Belajar itu memiliki makna yang luas. Bahkan keseluruhan hidup kita ini adalah belajar. Kita melakukan sesuatu >> mengevaluasinya >> menjadi lebih baik. Tetapi saya akan sedikit mempersimpitnya menjadi belajar dengan 'sadar'. Maksud saya bukan belajar berdasarkan pengalaman, tetapi belajar yang secara sadar kita usahakan untuk menambah wawasan dan keterampilan.

Tetapi terkadang belajar 'sadar' itu dilakukan dengan keterpaksaan dan tanpa melibatkan hati. Belajar jadi terkesan membosankan. Emang belajar tidak menyenangkan yah? Bisa kok. Nih saya beri tahu 7 strateginya:

1. Cari Sisi Menariknya
Setiap pelajaran pasti memiliki sisi menariknya bagi anda. Entah dimana, letaknya bagi setiap orang pasti berbeda-beda. Mulailah belajar dari bagian yang anda anggap menarik. Karena langkah awal sangatlah menentukan. Seperti saya yang langsung 'bete' dengan kimia ketika ulangan harian pertama saya mendapat nilai sangat jelek. Buatlah kesan pertama belajar anda menyenangkan, maka setelahnya akan lebih mudah.


2. Hubungkan dengan Hobi
Setiap orang pasti punya hobi. Aktivitas yang membuat anda senang bahkan anda anggap sebagai hiburan. Nah... Kuncinya adalah bagaimana anda membuat hobi anda sebagai sarana belajar. Anda bisa menonton film dengan subtitle bahasa Inggris, membaca majalah berbahasa inggris, diskusi online di forum atau facebook, jalan-jalan sambil memperhatikan tingkah manusia dan menghubungkannya dengan teori-teori psikologi dan sosiologi, dll. Jadikan menjadi hiburan yang mendidik atau pendidikan yang menghibur.

3. Jadikan Sebagai Syarat Menggapai Cita-Cita
Cita-cita itu seperti pom bensin. Dia akan mengisi tangki motivasi ketika anda mulai lelah dan tak bersemangat. Kekuatan cita-cita juga akan membuat anda berusaha memenuhi segala syarat untuk menggapainya. Anda pasti akan lebih bersemangat belajar matematika dan ekonomi ketika anda telah memantapkan hati untuk menjadi ekonom. Ketika anda melakukannya, hati anda akan berkata, "Aku harus menguasai ... jika ingin menjadi ..."

4. Cari Sumber Lain
Belajar dengan sumber yang sudah ditentukan biasanya membosankan. Karena selera itu tidak bisa diseragamkan. Untuk itu, sebagai pembelajar anda harus mandiri, mencari sumber lain sendiri. Kalau saya sih paling enak googling, apalagi yang sumbernya dari blog. Biasanya mereka tuh punya opini yang kritis dan melawan arus kemapanan. Dengan mencari sendiri sumber belajar, itu menjamin bahwa anda benar-benar mau belajar.

5. Indentifikasi Role Model
Role model atau panutan memiliki fungsi yang hampir sama dengan cita-cita. Tapi ia orientasinya lebih ke orang. Sehingga karakteristik yang ingin dicapai bisa lebih jelas. Tidak harus menirunya 100%, karena beliau pun pasti punya kekurangan. Identifikasi kelebihan-kelebihannya dan bagaimana ia mencapainya. Role model akan membuat cita-cita anda menjadi lebih jelas dan konkret.


6. Cari Tempat Lain
Lingkungan pasti akan mempengaruhi individu. Yakinkan diri anda bahwa lingkungan anda sudah membangun atau setidaknya tidak menghambat aktvitas belajar anda. Pindahlah jika hal yang berlawanan yang terjadi. Carilah suasana baru seperti taman hijau yang sudah jarang anda kunjungi atau tempat nongkrong yang baru buka di ujung jalan sana. Membaca buku atau berselancar internetlah di sana. Tempat dan suasana baru bagai sebuah batere baru bagi mobil-mobilan yang membuatnya berlari lebih kencang.

7. Just Do It
Hal paling parah adalah ketika anda menunda-nunda belajar dengan alasan bosan. Berhenti sejenak tak apa, tapi jangan sampai membuat anda malas memulai lagi. Padahal hal yang menyenangkan terkadang tidak ada di depan, tetapi berada di tengah. Saya saja baru beberapa tahun ini merasakan betapa menyenangkannya belajar sejarah. Padahal dulu sangat tidak menyukainya. Lakukan saja, maka anda akan temukan betapa menyenangkannya hal yang anda pelajari.

Orang yang ingin belajar adalah orang ingin maju. Jangan sia-siakan waktu anda untuk berleha-leha hanya karena 'cap' membosankan yang tertempel di benak anda tentang belajar. Termasuk penyimpitan makna bahwa belajar itu haruslah di sekolah. Bahkan, waktu libur untuk siswa adalah waktu yang tepat untuk belajar. Belajar hal-hal yang di sekolah tidak dipelajari. Anda bisa pilih atau membuat aktivitas belajar anda sendiri: Belajar Menulis, Memasak, Membuat Mainan Anak-Anak, Menggambar, Membaca Quran, atau Sekadar Menambah Wawasan.

Tips Dan Trik Cara Belajar Yang Baik Untuk Ujian / Ulangan Pelajaran Sekolah Bagi Siswa SD, SMP, SMA Serta Mahasiswa

Belajar merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para pelajar dan mahasiswa. Belajar pada umumnya dilakukan di sekolah ketika jam pelajaran berlangsung dibimbing oleh Bapak atau Ibu Guru. Belajar yang baik juga dilakukan di rumah baik dengan maupun tanpa pr / pekerjaan rumah. Belajar yang dilakukan secara terburu-buru akibat dikejar-kejar waktu memiliki dampak yang tidak baik.
Berikut ini adalah tips dan triks yang dapat menjadi masukan berharga dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi ulangan atau ujian :
1. Belajar Kelompok
Belajar kelompok dapat menjadi kegiatan belajar menjadi lebih menyenangkan karena ditemani oleh teman dan berada di rumah sendiri sehingga dapat lebih santai. Namun sebaiknya tetap didampingi oleh orang dewasa seperti kakak, paman, bibi atau orang tua agar belajar tidak berubah menjadi bermain. Belajar kelompok ada baiknya mengajak teman yang pandai dan rajin belajar agar yang tidak pandai jadi ketularan pintar. Dalam belajar kelompok kegiatannya adalah membahas pelajaran yang belum dipahami oleh semua atau sebagian kelompok belajar baik yang sudah dijelaskan guru maupun belum dijelaskan guru.
2. Rajin Membuat Catatan Intisari Pelajaran
Bagian-bagian penting dari pelajaran sebaiknya dibuat catatan di kertas atau buku kecil yang dapat dibawa kemana-mana sehingga dapat dibaca di mana pun kita berada. Namun catatan tersebut jangan dijadikan media mencontek karena dapat merugikan kita sendiri.
3. Membuat Perencanaan Yang Baik
Untuk mencapai suatu tujuan biasanya diiringi oleh rencana yang baik. Oleh karena itu ada baiknya kita membuat rencana belajar dan rencana pencapaian nilai untuk mengetahui apakah kegiatan belajar yang kita lakukan telah maksimal atau perlu ditingkatkan. Sesuaikan target pencapaian dengan kemampuan yang kita miliki. Jangan menargetkan yang yang nomor satu jika saat ini kita masih di luar 10 besar di kelas. Buat rencana belajar yang diprioritaskan pada mata pelajaran yang lemah. Buatlah jadwal belajar yang baik.
4. Disiplin Dalam Belajar
Apabila kita telah membuat jadwal belajar maka harus dijalankan dengan baik. Contohnya seperti belajar tepat waktu dan serius tidak sambil main-main dengan konsentrasi penuh. Jika waktu makan, mandi, ibadah, dan sebagainya telah tiba maka jangan ditunda-tunda lagi. Lanjutkan belajar setelah melakukan kegiatan tersebut jika waktu belajar belum usai. Bermain dengan teman atau game dapat merusak konsentrasi belajar. Sebaiknya kegiatan bermain juga dijadwalkan dengan waktu yang cukup panjang namun tidak melelahkan jika dilakukan sebelum waktu belajar. Jika bermain video game sebaiknya pilih game yang mendidik dan tidak menimbulkan rasa penasaran yang tinggi ataupun rasa kekesalan yang tinggi jika kalah.
5. Menjadi Aktif Bertanya dan Ditanya
Jika ada hal yang belum jelas, maka tanyakan kepada guru, teman atau orang tua. Jika kita bertanya biasanya kita akan ingat jawabannya. Jika bertanya, bertanyalah secukupnya dan jangan bersifat menguji orang yang kita tanya. Tawarkanlah pada teman untuk bertanya kepada kita hal-hal yang belum dia pahami. Semakin banyak ditanya maka kita dapat semakin ingat dengan jawaban dan apabila kita juga tidak tahu jawaban yang benar, maka kita dapat membahasnya bersama-sama dengan teman. Selain itu
6. Belajar Dengan Serius dan Tekun
Ketika belajar di kelas dengarkan dan catat apa yang guru jelaskan. Catat yang penting karena bisa saja hal tersebut tidak ada di buku dan nanti akan keluar saat ulangan atau ujian. Ketika waktu luang baca kembali catatan yang telah dibuat tadi dan hapalkan sambil dimengerti. Jika kita sudah merasa mantap dengan suatu pelajaran maka ujilah diri sendiri dengan soal-soal. Setelah soal dikerjakan periksa jawaban dengan kunci jawaban. Pelajari kembali soal-soal yang salah dijawab.
7. Hindari Belajar Berlebihan
Jika waktu ujian atau ulangan sudah dekat biasanya kita akan panik jika belum siap. Jalan pintas yang sering dilakukan oleh pelajar yang belum siap adalah dengan belajar hingga larut malam / begadang atau membuat contekan. Sebaiknya ketika akan ujian tetap tidur tepat waktu karena jika bergadang semalaman akan membawa dampak yang buruk bagi kesehatan, terutama bagi anak-anak.
8. Jujur Dalam Mengerjakan Ulangan Dan Ujian
Hindari mencontek ketika sedang mengerjakan soal ulangan atau ujian. Mencontek dapat membuat sifat kita curang dan pembohong. Kebohongan bagaimanapun juga tidak dapat ditutup-tutupi terus-menerus dan cenderung untuk melakukan kebohongan selanjutnya untuk menutupi kebohongan selanjutnya. Anggaplah dengan nyontek pasti akan ketahuan guru dan memiliki masa depan sebagai penjahat apabila kita melakukan kecurangan.
Semoga tips cara belajar yang benar ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua, amin.


Sumber:
http://organisasi.org/tips-dan-trik-cara-belajar-yang-baik-untuk-ujian-ulangan-pelajaran-sekolah-bagi-siswa-sd-smp-sma-serta-mahasiswa

Kriteria Guru yang Baik

Sebagai calon pendidik, hendaknya kita mengetahui dan memahami kriteria menjadi guru yang baik. Karena dengan hal tersebut, kita dapat menempatkan diri sesuai porsinya. Berikut ini 10 kriteria menjadi guru yang baik menurut Peter G. Beidler yaitu: 

1. Seorang guru yang baik harus benar-benar berkeinginan untuk menjadi guru yang baik. Guru yang baik harus mencoba, dan terus mencoba, dan biarkan siswa-siswanya tahu bahwa dia sedang mencoba, dan bahkan dia juga sangat menghargai siswanya yang senantiasa melakukan percobaan-percobaan, walaupun mereka tidak pernah sukses dalam apa yang mereka kerjakan. Dengan demikian, para siswa akan menghargai kita, walaupun kita tidak sebaik yang diinginkan, namun kita akan terus membantu siswa yang ingin sukses.

 2. Seorang guru yang baik berani mengambil resiko, mereka berani menyusun tujuan yang sangat muluk, lalu mereka berjuang untuk mencapainya. Jika apa yang mereka inginkan itu tidak terjangkau, namun mereka telah berusaha untuk melakukannya, dan mereka telah mengambil resiko untuk melakukannya, siswa-siswa biasanya suka dengan ujicoba beresiko tersebut.

3. Seorang guru yang baik memiliki sikap positif. Seorang guru tidak boleh sinis dengan pekerjaannya. Seorang guru tidak boleh berkata bahwa profesi keguruan adalah profesi orang-orang miskin. Mereka harus bangga dengan profesi sebagai guru. Tidak baik seorang guru untuk mempermasalahkan profesi keguruannya dengan mengaitkannya pada indeks gaji yang tidak memadai.Tidak boleh profesi guru menjadi terhina oleh guru sendiri hanya karena gajinya yang tidak memadai. Guru tidak boleh sinis pada siswa karena keterlambatan dalam menyerap pelajaran dan sebuah kenakalan. Hadapi dan perbaiki siswa secara wajar, humanis, rasional dan proprsional.


4. Seorang guru yang baik selalu tidak pernah punya waktu yang cukup. Guru yang baik hamper bekerja antara 80 100 jam per minggu, termasuk sabtu dan minggu, istri dan keluarganya mengeluh dengan alas an yang baik, bahwa mereka kurang peduli pada istri dan keluarganya. Guru yang baik selalu mempersiapkan kelas dengan sempurna, mengidentifikasi semua siswa dan permasalahnnya, berkomunikasi dengan komite sekolah, banyak menggunakan waktu untukmenyelenggarakan administrasi pendidikan, memberikan waktu yang banyak untuk siswa berkonsultasi. Guru yang baik hamper tidak punya waktu untuk bersantai, waktunya habis untuk memberikan pelayanan terbaik untuk siswanya.


5. Guru yang baik berpikir bahwa mengajar adalah sebuah tugas menjadi orang tua siswa, yakni bahwa guru punya tanggung jawab terhadap siswa sama dengan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dalam batas-batas kompetensi keguruan. Guru harus membuka kesempatan bagi siswa untuk berkonsultasi tidak saja dalam soal pelajaran yang menjadi tugas pokoknya, tapi juga persoalan-persoalan lain yang terkait dengan proses pembelajaran.


6. Guru yang baik harus selalu mencoba membuat siswanya percaya diri, karena tidak semua siswa memiliki rasa percaya diri yang seimbang dengan prestasinya. Seorang anak yang pintar, menguasai berbagai bahan pelajaran dengan baik, belum tentu memiliki kepercayaan diri yang sesuai dengan prestasinya untuk mengartikulasikan kemampuannya di depan orang banyak. Guru harus mampu meyakinkan mereka bahwa mereka itu mampu, bahwa mereka itu excellent, bahwa mereka itu lebih baik dari lainnya.


7. Seorang guru yang baik juga selalu membuat posisi tidak seimbang antara siswa dengan dirinya, yakni dia selalu menciptakan jarak antara kemampuannya dnegan kemampuan siswanya, sehingga mereka senantiasa sadar bahwa perjalanan menggapai kompetensinya masih panjang, dan membuat mereka terus berusaha untuk menutupi berbagai kelemahannya dengan melakukan berbagai kegiatan dan menambah pengalaman keilmuannya.


8. Seorang guru yang baik selalu mencoba memotivasi siswanya untuk hidup mandiri, lebih independent.


9. Seorang guru yang baik tidak percaya penuh terhadap evaluasi yang diberikan siswanya, karena evaluasi mereka terhadap gurunya bisa tidak objektif, walaupun pertanyaan-pertanyaan mereka itu penting sebagai informasi, namun tidak sepenuhnya harus dijadikan patokan untuk mengukut kinerja keguruannya.


10. Seorang guru yang baik senantiasa mendengarkan terhadap pernyataan-pernyataan siswanya, yakni guru itu harus aspiratif mendengarkan dengan bijak permintaan-permintaan siswa-siswanya, kritik-kritik siswanya, serta berbagai saran yang mereka sampaikan. 

118.233 Calon Mahasiswa Lulus Seleksi

Hasil ujian tertulis dan keterampilan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2011 siap diumumkan. Sebanyak 118.233 calon mahasiswa tercatat diterima di perguruan tinggi negeri lewat jalur SNMPTN. Pengumuman dilakukan besok, Rabu (29/6), pukul 19.00 WIB melalui situs/website (internet), dan melalui koran yang terbit pada Kamis (30/6).

Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdiknas, Djoko Santoso, dalam jumpa pers di Gedung D Kemdiknas, Selasa (28/6) menjelaskan, daya tampung seluruh perguruan tinggi negeri tahun berjumlah 119.041. "Berarti terdapat bangku kosong sebanyak 808," ujarnya. Jumlah ini menurun drastis dibandingkan jumlah bangku kosong pada SNMPTN 2010, yaitu sebanyak 4.173 dari total daya tampung 96.684. Kekosongan bangku terjadi karena jumlah pendaftar di program studi tersebut sangat sedikit.

Ketua Panitia SNMPTN 2011, Herry Suhardiyanto mengatakan, ada yang menarik dalam data rekapitulasi hasil SNMPTN. "Ada 154 ribu (peserta) yang nilainya di atas rata-rata nasional tapi tidak diterima di perguruan tinggi negeri," katanya. Jumlah tersebut dinilai cukup besar, mengingat total peserta SNMPTN 2011 berjumlah 540.953 orang.

Herry mengatakan, SNMPTN berbeda dengan ujian nasional. Dalam ujian nasional, ada penetapan passing grade untuk menentukan kelulusan. Sedangkan SNMPTN merupakan ajang perebutan tempat, di mana kecermatan dalam memilih program studi menentukan kelulusan peserta. Mereka yang nilainya di atas nilai rata-rata nasional tetapi tak lolos seleksi, kebanyakan lantaran memilih program studi favorit yang diminati banyak peserta, sehingga tingkat kompetisinya tinggi.

"Sebaiknya peserta melakukan kombinasi pilihan. Pilihan satu ambil yang keketatannya tinggi. Pilihan kedua ambil yang keketatannya rendah. Jangan dua-duanya tinggi," ucap Herry. Rektor Institut Pertanian Bogor ini menambahkan, ada juga peserta yang pilihan pertamanya memiliki keketatannya lebih rendah daripada pilihan kedua.

Secara keseluruhan, proses seleksi jalur ujian tertulis SNMPTN 2011 berjalan dengan baik. Namun ada yang menjadi hambatan dalam pendaftaran, yaitu kurang telitinya peserta saat mendaftar secara online. Ada peserta yang hanya membeli pin, namun tidak melakukan pendaftaran, karena mengira pin tersebut sebagai nomor ujian. "Jadi mereka datang langsung ke lokasi ujian dengan pin," tutur Herry. Padahal seharusnya setelah membeli pin, mereka menggunakan pin tersebut untuk mendaftar sebagai peserta. Herry menyayangkan hal ini karena peserta tidak membaca dengan teliti laman online pendaftaran.
 Sumber:
http://www.kemdiknas.go.id/list_berita/2011/6/28/snmptn.aspx

'Transparansi SNMPTN Masih Jauh dari Kata Sepakat'

Para rektor Perguruan Tinggi Negeri (PTN) belum sepakat mengumumkan nilai Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2011 secara transparan. Masalah transparansi hasil ujian tersebut sampai saat ini masih dalam proses penggodokan.

"Untuk tahun ini tampaknya masalah transparansi tersebut belum siap. Semuanya masih dalam proses," ujar Ketua Umum Panitia Pelaksana SNMPTN, Herry Suhardiyanto. Herry mengatakan sampai sekarang para rektor PTN masih terus mengadakan rapat secara rutin untuk membahas persoalan transparansi nilai SNMPTN. Sampai sekarang pula suara para rektor tersebut belum bulat. "Namun para rektor telah berjanji akan terus membangun konsistensi untuk membahas masalah ini," ujar Herry yang juga rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) tersebut.

Herry mengakui, Undang-Undang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) adalah suatu hal yang patut diikuti dan dipatuhi untuk membangun akuntabilitas perguruan tinggi di mata masyarakat. "Tetapi banyak hal non-teknis yang membuat kami tidak bisa transparan. Ini menyangkut kepentingan nasional," ujar Herry tanpa mau merinci faktor non-teknis tersebut.

Herry menjelaskan, saat ini tengah dipilah mana informasi yang bisa diakses publik, mana informasi yang bisa diberikan atas dasar permintaan, dan informasi yang memang tidak bisa disampaikan.

Ditanya soal berbagai kasus kebocoran yang terjadi pada pelaksanaan SNMPTN lalu, di antaranya terkait prediksi sejumlah lembaga bimbingan belajar yang ternyata mirip dengan soal-soal ujian, pihaknya sedang menyelidikinya. "Kami sudah berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk melakukan penelusuran," ujar Herry.

Herry mengaku prihatin dengan sikap masyarakat yang akhir-akhir ini terlalu mengagung-agungkan lembaga-lembaga bimbingan belajar. Akibatnya, institusi-institusi sekolah justru diinomorduakan. "Kami sedang berpikir mencari formulasinya, sehingga masyarakat tidak lagi berpikir terbalik,dimana yang diutamakan justru bimbingan belajar," katanya.
Sumber: Republika.co.id

Cara Merangsang Anak Belajar

Anda ingin si kecil memiliki antusiasme yang tinggi untuk belajar dan berprestasi kelak? Beberapa cara berikut dapat Anda coba.

Lihatlah di halaman sebuah Taman Kanak-kanak. Sebagian anak tampak senang sekali dengan situasi sekolahnya. Anak-anak ini seakan memiliki otak seperti sebuah spons, menyerap apa saja yang terjadi di lingkungannya dengan antusias. Anak-anak seperti ini biasanya menunjukkan prestasi belajar yang baik nantinya.

Namun sebagian lain dari anak-anak tersebut tampak menunjukkan sikap negatif terhadap sekolah. Mereka tampak enggan melakukan berbagai kegiatan. Jika demikian, bagaimana mengharapkan anak-anak ini berprestasi kelak? Mengapa hal ini terjadi mengingat kedua kelompok anak-anak ini memiliki kemampuan yang kurang lebih sama?

Yang sering terjadi kemudian, orang tua lalu menyalahkan guru dan sekolah karena rendahnya motivasi anak-anak mereka untuk belajar. Padahal, menurut Dr. Sylvia Rimm dalam bukunya Smart Parenting , How to Raise a Happy Achieving Child , orang tua memiliki pengaruh positif yang sangat besar terhadap pendidikan anak-anaknya. Tidak hanya ketika anak masih kecil, namun juga sepanjang hidupnya.

Berikut ini Dr. Rimm menawarkan beberapa kiat yang dapat diterapkan sejak dini untuk membantu meningkatkan keinginan si kecil belajar dan berprestasi di sekolahnya kelak. Tentu saja tidak dengan cara memaksa maupun menuntut, namun lebih pada berbagai arahan dan dukungan yang membuat anak merasa nyaman berkegiatan.

1. Menciptakan rutinitas

Rutinitas membantu anak mandiri menjalani hari-harinya. Bayangkan jika sejak si kecil bangun pagi hingga malam hari ketika hendak tidur tergantung pada orang-orang dewasa di sekitarnya untuk mengarahkannya dari satu aktivitas ke aktivitas yang lain. Anak-anak ini akan memiliki perasaan negatif terhadap dirinya, dan belajar bahwa orang lain akan selalu mengambil tanggung jawab dirinya. Dengan begitu, jangan heran, jika suatu saat Anda terganggu oleh ketergantungan anak pada Anda dalam menjalani berbagai aktivitas sehari-hari.

Karenanya, ciptakan rutinitas sejak dini dengan membiarkan si kecil melakukan sendiri kegiatan rutinnya. Buatlah jadwal rutinitas yang harus dilakukan anak. Misalnya, bangun tidur, diikuti dengan membersihkan tempat tidur, menggosok gigi lalu sarapan bersama-sama Anda. Jika si kecil belum bisa membaca jadwalnya, buatlah gambar aktivitasnya secara berurutan sehingga mudah dipahami dan diikutinya. Tentu saja penjadwalan rutinitas ini dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dan usia anak.

2. Pembiasaan belajar

Anak usia prasekolah memang belum memiliki beban akademis yang mengharuskannya belajar pada waktu-waktu tertentu di rumah. Namun tidak ada salahnya Anda membiasakan anak duduk di meja belajar yang disediakan baginya pada saat yang sama setiap harinya, dan untuk jangka waktu yang sama pula.

Pada saat itu ajaklah si kecil melihat-lihat buku ceritanya, atau menggambar kurang lebih selama beberapa menit. Misalnya, setiap sore jam 16.00, selama beberapa menit (lebih kurang 5 menit). Cara ini membuat anak terbiasa mengerjakan pekerjaannya di atas meja yang disediakan untuknya.

Ide untuk membiasakan si kecil duduk di meja belajarnya pada saat yang sama dan jangka waktu yang sama setiap harinya didapat dari seorang ahli ilmu faal bernama Ivan Pavlov . Pavlov menemukan hukum clasical conditioning, di mana jika ada dua stimuli dihubungkan, maka stimuli kedua akan menghasilkan respons yang sama dengan stimuli pertama.

3. Meningkatkan komunikasi

Komunikasi yang baik merupakan prioritas utama dari semua kebiasaan yang dapat meningkatkan keinginan anak berprestasi. Sementara, gaya hidup di perkotaan yang sibuk membuat waktu untuk berkomunikasi dengan anak sangat terbatas. Orang tua perlu menjadwalkan waktu khusus untuk bercakap-cakap dengan anak setiap hari. Misalnya saat minum teh di sore hari, atau makan malam bersama keluarga. Yang terpenting, matikan TV atau singkirkan hal-hal yang mungkin mengganggu komunikasi Anda dengan si kecil.

Mendengar adalah salah satu bagian penting dalam komunikasi. Jika orang tua terbiasa mendengar anaknya berbicara, maka anak juga akan mendengar jika Anda berbicara. Menurut Dr. Rimm, jika orang tua memiliki kebiasaan bercakap-cakap secara teratur setiap harinya, anak akan lebih terbuka kelak ketika memasuki usia remaja. Keadaan ini diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar pada anak kelak, karena keengganan anak untuk berprestasi ( underachievement ), biasanya, merupakan efek lanjutan dari komunikasi yang buruk antara orang tua dan anak.

4. Bermain dan permainan

Bermain merupakan sarana utama bagi anak untuk belajar berbagai hal. Sedangkan permainan atau games biasanya merupakan latihan yang baik untuk menghadapi kompetisi yang sesungguhnya di dunia luar. Manfaat mainan dan permainan, antara lain, meningkatkan imajinasi dan pelampiasan emosi. Misalnya, dengan permainan boneka dan bermain peran. Selain itu, sambil bermain anak bisa belajar keterampilan spesial atau konsep angka. Misalnya, dengan bermain balok kartu atau puzzle .

Cobalah bersenang-senang bersama dengan menciptakan berbagai permainan dengan anak. Seimbangkan antara permainan di dalam rumah dan di luar rumah yang menghasilkan manfaat berbeda.

5. Menjadi model bagi anak

Anak akan meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya. Mereka menjadikan Anda, orang tuanya, sebagai model yang patut diikuti. Namun, tentu saja si kecil hanya akan meniru perilaku yang terlihat olehnya. Ia tidak mungkin meniru perilaku gila kerja yang mungkin Anda miliki, misalnya, sebab ia tidak melihatnya langsung.

Karenanya, mengapa tidak menerangkan kepadanya apa yang Anda kerjakan di tempat bekerja? Daripada hanya mengeluhkan pekerjaan setiap Anda pulang bekerja, lebih baik Anda mulai menunjukkan pada si kecil bahwa Anda sangat menyukai apa pun yang Anda kerjakan. Karena, jika tidak, si kecil akan meniru perilaku Anda yang gemar mengeluhkan pekerjaan. Bukan tidak mungkin jika nantinya si kecil akan sering mengeluhkan pelajaran maupun guru-guru di sekolahnya jika Anda tidak segera mengubah sikap.

Pendidikan Tidak Dijual

Pat Farenga mengatakan, kurang lebih begini: sekolah menjadikan pendidikan sebagai suatu komoditas yang diperjualbelikan. Pendidikan jadi punya label harga. Kalau orangtua menginginkan pendidikan yang baik, mereka harus memilih sekolah yang mahal. Sekolah yang murah artinya rendah juga kualitas pendidikan yang ditawarkannya untuk anak-anak kita. Agaknya memang betul begitu.
Pola pikir unschooling berbeda dengan sekolah. Unschooling menganggap pendidikan itu bukan komoditas. Pendidikan itu ada di mana-mana dan tersedia gratis untuk siapa saja yang mau mengambil pelajaran.
Esensi pendidikan itu bukan pengajaran, melainkan pembelajaran. Pembelajaran itu terjadi di dalam diri pelakunya alias anak-anak itu sendiri. Ada pengajaran belum tentu ada pembelajaran, dan ini sudah kita alami sendiri zaman sekolah. Unschooling meyakini anak-anak adalah pembelajar alami yang tidak pernah berhenti belajar. Yang harus dilakukan orang dewasa adalah:
  • 1.tidak menghancurkan minat dan semangat belajar itu
  • 2.membantu anak mengeksplorasi bakat dan minatnya, dalam arti memberikan sarana yang sekiranya penting untuk anak belajar sesuai hasratnya saat itu.
    Itu 2 hal yang belum tentu terjamin di sekolah murah maupun mahal, namun sudah pasti berada dalam kuasa kita sebagai orangtua yang perduli pada pendidikan anak-anak.

Kapitalisme Pendidikan

Sudah rahasia umum jika pendidikan sekarang sangat mahal. Yah seperti kata buku, orang miskin dilarang sekolah! Memprihatinkan, tapi itulah kenyataannya. Masuk TK saja bisa mencapai ratusan ribu maupun jutaan rupiah, belum lagi kalo masuk SD-SMP-SMA-Universitas yang favorit. Kalau dihitung, seseorang yang masuk TK sampai dengan universitas yang favorit akan menghabiskan 100 juta lebih. Wow!
Sekolah memang harus mahal, itulah stigma yang tertanam di benak sebagian orang, dari orang awam dan bahkan sampai beberapa pejabat depdiknas. benarkah demikian??? Itu adalah omongan sesat, mereka yang bicara ngelantur begitu sudah pasti tidak pernah lihat kondisi luar. Malaysia, Jerman, bahkan Kuba sekalipun bisa membuat pendidikannya sangat murah dan dapat diakses oleh sebagian besar lapisan masyarakatnya.
Pendidikan yang kapitalistik sekarang ini, yang bertujuan bisnislah yang membuat biaya-biaya membengkak. Pendidikan diserahkan sebagian kontrolnya kepada swasta. Ada baiknya swasta ikut mengatur pendidikan sehingga masyarakat pun bisa berperan dalam lembaga pendidikan, tapi walau bagaimanapun ini bukan berarti bahwa pemerintah lepas tangan begitu saja. Ya, kan??? Pendidikan instan ala swasta yang mementingkan bisnis jadi masalah besar buat dunia pendidikan. kadang terbaca di iklan-iklan, lembaga pendidikan yang menawarkan lulus cepat+absen tidak dihitung+dapat ijazah+dll. Sepertinya, yang penting bagi pendidikan hanyalah dapat ijazah buat kerja saja. Padahal pendidikan ditujukan untuk membangun moral individu dan tingkat pengetahuannya.
Lalu bagaimana caranya agar pendidikan bisa murah?? Wah, ini bukan persoalan gampang,dan jelas butuh pemikiran mendalam.

Hakikat Pendidikan

Agak miris lihat kondisi saat ini. Institusi pendidikan tidak ubahnya seperti pencetak mesin ijazah. Agar laku, sebagian memberikan iming-iming : lulus cepat, status disetarakan, dapat ijazah, absen longgar, dsb. Apa yang bisa diharapkan dari pendidikan kering idealisme seperti itu. Ki Hajar Dewantoro mungkin bakal menangis lihat kondisi pendidikan saat ini. Bukan lagi bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, tapi lebih mirip mesin usang yang mengeluarkan produk yang sulit diandalkan kualitasnya.

Pendidikan lebih diarahkan pada menyiapkan tenaga kerja "buruh" saat ini. Bukan lagi pemikir-pemikir handal yang siap menganalisa kondisi. Karena pola pikir "buruh" lah, segala macam hapalan dijejalkan kepada anak murid. Dan semuanya hanya demi satu kata : IJAZAH! ya, ijazah, ijazah, ijazah yang diperlukan untuk mencari pekerjaan. Sangat minim idealisme untuk mengubah kondisi bangsa yang morat-marit ini, sangat minim untuk mengajarkan filosofi kehidupan, dan sangat minim pula dalam mengajarkan moral.

Lalu apa sebenarnya hakikat pendidikan?
Hmm......
Benar benar ironis,:(

Apakah "Pendidikan" Itu?

Ngomongin soal pendidikan memang ngga ada habisnya. Selalu ada issu issu yang memang asik buat dibahas. Sebagai mahasiswa yang nantinya bakal terjun sebagai pendidik dan bergelut di dunia pendidikan, kudu banyak belajar soal pendidikan. Tapi apa sebenernya arti pendidikan?ini dia jawabannya..

Pendidikan berasal dari kata pedagogi (paedagogie, Bahasa Latin) yang berarti pendidikan dan kata pedagogia (paedagogik) yang berarti ilmu pendidikan yang berasal dari bahasa Yunani. Pedagogia terdiri dari dua kata yaitu ‘Paedos’ (anak, pen) dan ‘Agoge’ yang berarti saya membimbing, memimpin anak. Sedangkan paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang (pemuda, pen) pada zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak (siswa, pen) ke dan dari sekolah. Perkataan paedagogos yang semula berkonotasi rendah (pelayan, pembantu) ini, kemudian sekarang dipakai untuk nama pekerjaan yang mulia yakni paedagoog (pendidik atau ahli didik atau guru). Dari sudut pandang ini pendidikan dapat diartikan sebagai kegiatan seseorang dalam membimbing dan memimpin anak menuju ke pertumbuhan dan perkembangan secara optimal agar dapat berdiri sendiri dan bertanggung jawab.

Pendidikan berkaitan erat dengan segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan manusia mulai perkembangan fisik, kesehatan keterampilan, pikiran, perasaan, kemauan, sosial, sampai kepada perkembangan Iman. Perkembangan ini mengacu kepada membuat manusia menjadi lebih sempurna, membuat manusia meningkatkan hidupnya dan kehidupan alamiah menjadi berbudaya dan bermoral.

Sebagaimana dikutip oleh Ahmad Tafsir, Rupert C. Lodge dalam bukunya Philosophy of Education (New York : Harer & Brothers. 1974 : 23) menyatakan bahwa dalam pengertian yang luas pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. Namun faktanya bahwa tidak semua pengalaman dapat dikatakan pendidikan. Mencuri, mencopet, korupsi dan membolos misalnya, bagi orang yang pernah melakukannya tentunya memiliki sejumlah pengalaman, tetapi pengalaman itu tidak dapat dikatakan pendidikan. Karena pendidikan itu memiliki tujuan yang mulia, baik dihadapan manusia maupun dihadapan Tuhan.

Banyak rumusan pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya:

a. John Dewey : pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kecakapan mendasar secara intelektual dan emosional sesama manusia.

b. JJ. Rouseau : Pendidikan merupakan pemberian bekal kepada kita apa yang tidak kita butuhkan pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita butuhkan pada saat dewasa.

c. M. J. Langeveld : Pendidikan merupkan setiap usaha yang dilakukan untuk mempengaruhi dan membimbing anak ke arah kedewasaan, agar anak cekatan melaksanakan tugas hidupnya sendiri.

Menurut Langeveld pendidikan hanya berlangsung dalam suasana pergaulan antara orang yang sudah dewasa (atau yang diciptakan orang dewasa seperti : sekolah, buku model dan sebagainya) dengan orang yang belum dewasa yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan.

d. John S. Brubacher : Pendidikan merupakan proses timbal balik dari tiap individu manusia dalam rangka penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman dan dengan alam semesta.

e. Kingsley Price mengemukakan: Education is the process by which the nonphysical possessions of culture are preserved or increased in the rearing of the young or in the instruction of adults. (Pendidikan adalah proses yang berbentuk non pisik dari unsur-unsur budaya yang dipelihara atau dikembangkan dalam mengasuh anak-anak muda atau dalam pembelajaran orang dewasa).

f. Mortimer J. Adler : pendidikan adalah proses dimana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana yang secara artistik dibuat dan dipakai oleh siapa pun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu kebiasaan yang baik.

Definisi di atas dapat dibuktikan kebenarannya oleh filsafat pendidikan, terutama yang menyangkut permasalahan hidup manusia, dengan kemampuan-kemampuan asli dan yang diperoleh atau tentang bagaimana proses mempengaruhi perkembangannya harus dilakukan. Suatu pandangan atau pengertian tentang hal-hal yang berkaitan dengan objek pembahasan menjadi pola dasar yang memberi corak berpikir ahli pikir yang bersangkutan. Bahkan arahnya pun dapat dikenali juga.

Dari berbagai pandangan di atas dapat dilihat bahwa dikalangan pakar pendidikan sendiri masih terdapat perbedaan-perbedaan pendapat. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pendidikan ahli pendidikan itu dan kondisi pendidikan yang diperbincangkan saat itu, yang semuanya memiliki perbedaan karakter dan permasalahan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan terencana (bertahap) dalam meningkatkan potensi diri peserta didik dalam segala aspeknya menuju terbentuknva kepribadian dan ahlak mulia dengan menggunakan media dan metode pembelajaran yang tepat guna melaksanakan tugas hidupnya sehingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Sekilas Tentang My Blog

Akhirnya punya blog juga,^^
Sebenernya blog ini dibikin cuma buat menuhin ujian semester makul Sistem Informasi Manajemen..
Tapi pas nyoba bikin ternyata asik juga..
Hari gini bru punya blog?
rada ketinggalan jaman juga sii..
hahaa,:D
tapi whatever laah..
yang penting uda punya..
Blog ini aku kasih nama Dudul.com
yapz...
temen temen biasa panggil aku Dudul..
makanya blogku aku kasih nama itu..
Blogku bakal berisi tentang edukasi..
kaya tema yang uda ditentuin sama Pak Ahmad Nurkhin (dosen SIM ku)..
tapi mungkin nantinya bakal ada beberapa tentang curahan hatiku..
(maaf Pak kalo keluar dari tema,^^)

ternyata smua ini menyenangkan..
ini hidupku dan ini duniaku,:~