Selamat Datang di Dudul.com

Selamat Membaca dan Semoga Bermanfaat,^^

Sabtu, 09 Juli 2011

Pendidikan Dasar untuk Semua

Dalam 20 tahun terakhir Indonesia telah mengalami kemajuan di bidang pendidikan dasar. Terbukti rasio bersih anak usia 7-12 tahun yang bersekolah mencapai 94 persen. Meskipun demikian, negeri ini masih menghadapi masalah pendidikan yang berkaitan dengan sistem yang tidak efisien dan kualitas yang rendah. Terbukti, misalnya, anak yang putus sekolah diperkirakan masih ada dua juta anak.
Indonesia tetap belum berhasil memberikan jaminan hak atas pendidikan bagi semua anak. Apalagi, masih banyak masalah yang harus dihadapi, seperti misalnya kualifikasi guru, metode pengajaran yang efektif, manajemen sekolah dan keterlibatan masyarakat. Sebagian besar anak usia 3 sampai 6 tahun kurang mendapat akses aktifitas pengembangan dan pembelajaran usia dini terutama anak-anak yang tinggal di pedalaman dan pedesaan.
Anak-anak Indonesia yang berada di daerah tertinggal dan terkena konflik sering harus belajar di bangunan sekolah yang rusak karena alokasi anggaran dari pemerintah daerah dan pusat yang tidak memadai. Metode pengajaran masih berorientasi pada guru dan anak tidak diberi kesempatan memahami sendiri. Metode ini masih mendominasi sekolah-sekolah di Indonesia. Ditambah lagi, anak-anak dari golongan ekonomi lemah tidak termotivasi dari pengalaman belajarnya di sekolah. Apalagi biaya pendidikan sudah relatif tak terjangkau bagi mereka.

Jumat, 08 Juli 2011

Para Lansia (Lanjut Usia) Sekolah Lagi


Pendidikan tidak hanya terhenti hanya sampai lulus dari SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas), atau lulus dari perkuliahan. Karena ilmu tidak hanya terhenti sampai disitu. Manakala dia akan terus maju dan berkembang. Selama kita hidup didunia, selama itu pula kita masih harus belajar, belajar dan menimba ilmu.
Usia tidak menutup kemungkinan untuk kita terus belajar. Jangan jadikan usia yang semakin bertambah tua untuk sebuah alasan tidak mau menambah ilmu. Dengan alasan, “sudah tua tidak bisa meresap ilmu ke otak lagi”. Jika kita mempunyai niat yang kuat dan keinginan keras untuk melangkah maju, pasti kita dapat melakukan semua itu.
Lihat saja warga lanjut usia (Lansia) yang berada di Yogyakarta, mereka semua kembali ke sekolah dengan usia mereka yang rata-rata 55 tahun keatas. Sebuah sekolah khusus warga lanjut usia yang diberi nama Golden Geriatric Club (GCC) didirikan oleh Yayasan Budi Mulia Dua ini bertujuan untuk memberdayakan warga lanjut usia yang berada di DI Yogyakarta khususnya. Sekolah ini akan mulai beroperasi pada pekan ini. Dengan kelas yang dibuat dalam ukuran kecil, yaitu hanya 10 orang disatu kelompok. Agar pembelajaran yang berlangsung dapat berjalan efektif.
Amien Rais, mantan Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) dan selaku penasihat GCC mengatakan, “Selama ini, belum ada program pendidikan untuk kaum lanjut usia, padahal mereka masih punya kemampuan untuk belajar”. Dari penuturan beliau, kita dapat melihat bahwa usia bukanlah halangan untuk tidak belajar dan terus mengembangkan diri.
Dengan adanya pendirian sekolah ini, para lansia dapat melakukan kegiatan yang positif dan mengembangkan jaringan. “Karena kerap kali warga para lanjut usia ini dianggap tidak berdaya dan hanya menjadi beban bagi lingkungannya, padahal, mereka masih mempunyai kemampuan dan kapasitas untuk berkarya,” tutur Siti seorang Direktur Perguruan Budi Mulia Dua.
Di sekolah ini, mereka tidak diajarkan seperti apa yang kita terima waktu SD, SMP, SMA atau perkuliahan. Disekolahan ini, para lansia harus menyiapkan pertanyaan dari rumah dan nantinya guru akan menerangkan sesuai pertanyaan mereka. Ada juga mata pelajaran komputer dan internet. Di mata pelajaran ini, mereka diajari membuat dan mengoperasikan jaringan sosial facebook. Sedangkan di mata pelajaran gaya hidup sehat, sejumlah dokter ahli yang telah diundang akan memberi materi mengenai persiapan dan atisipasi degeneratif seperti kepikunan dan penyakit persendian.
Merupakan sebuah program pendidikan yang unik. Selain mengedepankan teknologi, juga perduli terhadap kesehatan. Sekolah ini menjadikan para lansia untuk bersikap mandiri dan tidak bergantung pada orang lain. Sehingga mereka tidak akan dianggap lagi tidak berdaya dan hanya menjadi beban bagi lingkungannya.
Suatu langkah bagus yang telah dilakukan pada para lansia di DI Yogyakarta. Lalu bagaimana dengan para lansia di Jakarta atau di daerah-daerah lainnya?. Apakah hanya akan dibiarkan saja? Diabaikan saja?. Dan menjadikan para lansia tersebut sebagai sosok yang tak berdaya dan hanya menjadi beban bagi lingkungannya. Marilah kita semua bersama-sama untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Dengan mencontoh apa yang telah dilakukan di DI Yogyakarta. Tidak salahnya untuk mencontoh hal-hal yang baik untuk kemajuan bersama. 

Sumber :
http://edukasi.kompas.com/read/xml/